Selain mengembangkan
kekuatan dan kelincahan fisik, bela diri juga mengembangkan mental dan
kepribadian. Ada di antaranya yang timbul karena pendidikan, ada pula yang
timbul secara alami.
Contoh sikap mental
yang timbul karena pendidikan misalnya pengendalian diri, berani, disiplin,
sebagaimana pernah saya bahas sebelumnya. Adapun contoh yang alami adalah
percaya diri, optimis, dan pantang menyerah.
Setelah Anda belajar
bela diri selama beberapa bulan, Anda mulai menyadari bahwa ternyata Anda lebih
bisa membela diri daripada yang Anda kira sebelumnya. Anda merasakan ternyata
Anda lebih tangguh, lebih kuat, lebih terampil, dan lebih gesit daripada
sebelumnya. Anda tidak takut lagi seandainya terjadi serangan fisik kepada
Anda. Anda juga merasakan wawasan Anda terbuka lebar. Semua ini menumbuhkan
rasa percaya diri di dalam diri Anda.
Memang pada
permulaannya percaya diri yang timbul adalah percaya diri untuk bertarung.
Namun jika Anda sadari bahwa ternyata Anda mampu mempelajari bela diri di suatu
bidang, berarti Anda juga mampu menguasai bidang-bidang kehidupan lainnya.
Semua ini terjadi karena percaya diri Anda telah tumbuh dan berkembang.
Demikianlah hubungan
antara bela diri dan percaya diri. Mudah-mudahan ada gunanya bagi para pecinta
bela diri.
Kalau kita memilih
bela diri berdasarkan minat saja tanpa mendalami masalahnya, tampaknya mudah.
Karate itu gagah, dan fisik saya kuat. Jadi saya cocok kalau memilih bela diri
Karate. Itulah contoh pemilihan berdasarkan minat.
Namun kalau Anda sudah
lama berkecimpung di bidang bela diri dan memahami seluk-beluknya, Anda akan
mengerti bahwa ini adalah pilihan yang rumit. Banyak faktor yang perlu
dipertimbangkan. Salah pilih berarti membuang waktu beberapa tahun dan
menyia-nyiakan bakat dan prestasi yang seharusnya Anda capai.
Faktor pertama yang
perlu dipertimbangkan adalah bakat. Karena bakat itu terpendam, kitalah yang
mesti menggalinya. Adapun cara memperkirakan bakat bela diri dapat Anda baca
dan pahami artikel saya dahulu: Memilih Bela Diri Berdasarkan Bakat (Mei 2009).
Faktor kedua yang
patut dipertimbangkan adalah jenis otot. Anda mesti mengetahui otot mayoritas
mana yang Anda miliki, otot oksida atau otot non oksida. Sesudah Anda
mengetahuinya, Anda bisa memilih kategori bela diri yang sesuai. Untuk
penjelasan lebih lanjut, bacalah artikel saya dahulu: Memilih Bela Diri
Berdasarkan Jenis Otot, dan: Dua Kategori Ilmu Bela Diri (Mei 2009).
Namun boleh saya
sisipkan bahwa otot orang Indonesia umumnya adalah otot oksida. Sehingga
kategori bela diri yang sesuai adalah Bela Diri Renggang. Tidak mengherankan
jika bela diri Karate dan Tae Kwon Do cocok bagi orang Indonesia.
Faktor ketiga yang
mungkin dipertimbangkan adalah tujuan Anda belajar bela diri. Bila untuk
pembelaan diri, Anda bisa memilih bela diri yang berat. Bila untuk olahraga,
Anda bisa memilih bela diri yang ringan. Bila untuk pekerjaan, pilihlah bela
diri yang dirancang khusus untuk pekerjaan Anda tersebut.
Demikianlah tiga
faktor utama yang mesti dipertimbangkan untuk memilih bela diri yang sesuai.
Memang rumit dan perlu kajian yang mendalam. Namun bisa memberikan gambaran
bagaimana seharusnya memilih bela diri yang sesuai. Mudah-mudahan ada gunanya
bagi para pecinta bela diri.
Suatu hari saya
membaca koran di rumah. Di sebuah artikel, seorang ahli senjata berpendapat
bahwa sebagian senjata dan peralatan perang sekarang ini adalah turunan dari
senjata/peralatan perang zaman dahulu. Misalnya rompi anti peluru idenya
diambil dari baju besi zaman pertengahan. Perisai taktis yang sering digunakan
polisi idenya diambil dari perisai perang zaman dahulu.
Lebih menarik lagi, ia
menyebutkan sebuah senjata yang menurutnya adalah senjata sepanjang masa. Dari
zaman purba, zaman pertengahan, awal zaman moderen, sampai zaman nuklir
sekarang ini masih dibawa tentara di pinggangnya. Walaupun bukan sebagai
senjata utama. Senjata ini adalah pisau.
Lantas Anda mungkin
bertanya,"Pak Hairan, apa hubungannya pisau sebagai senjata dengan bela
diri?'.
Tentu saja ada.
Mengingat pisau digunakan sepanjang masa sebagai senjata pertempuran atau
pertarungan, setidaknya ada 3 hal yang perlu kita pelajari di sini.
Pertama, melawan pisau
dengan tangan kosong. Kedua, menggunakan pisau melawan pisau. Ketiga, menggunakan
pisau melawan senjata-senjata lainnya.
Praktisi bela diri,
pelajarilah 3 hal di atas. Mengingat pisau adalah senjata yang praktis dan
dibawa baik oleh tentara maupun kriminal. Senjata pertarungan sepanjang masa.
Sepanjang sejarah,
bela diri menerima pengaruh dari berbagai faktor. Misalnya moral, norma,
budaya, dan agama. Dan agama yang paling berpengaruh di dalam bela diri adalah
agama Budha, mengingat lahirnya bela diri di dalam ruang lingkup agama
tersebut. Jadi hubungan agama Budha sangat erat dengan bela diri, sebagaimana
pernah saya singgung di dalam artikel (Bela Diri: Arti Luas dan Arti Sempit) dan
(Kung Fu Shaolin: Akar Bela Diri).
Bagaimana dengan agama Islam? Apakah ada hubungannya?
Jika kita lihat sepintas saja, tampaknya tak ada hubungannya. Bela diri di zaman Nabi Muhammad yang populer adalah gulat dan permainan pedang, bukan bela diri kategori "martial art". Paling-paling kita menemukan bahwa Pencak Silat mulai digunakan oleh para kiai di pondok pesantren sejak abad ke-15. Itu saja.
Namun jika kita
dalami, kita akan menemukan hubungan yang erat antara bela diri dan agama
Islam. Setidak-tidaknya ada 3 hubungan di antaranya.
Agama Islam mewajibkan
penganutnya menjalankan puasa di bulan Ramadhan. Puasa intinya pengendalian
diri. Bela diri juga mengajarkan pengendalian diri. Inilah hubungan yang
pertama.
Di dalam sebuah
hadits, Nabi Muhammad bersabda," Ajarilah anak-anakmu tiga perkara.
Berenang, berkuda, dan memanah". Salah satu tafsiran dari memanah ialah
belajar sesuatu untuk membela diri. Inilah hubungan yang kedua.
Di dalam hadits
lainnya, Nabi Muhammad bersabda," Seorang mukmin yang kuat akan lebih
dicintai Allah daripada mukmin yang lemah". Salah satu tafsiran kuat di
sini adalah kuat fisik. Bela diri mengajarkan pengikutnya supaya sehat dan kuat
fisiknya. Inilah hubungan yang ketiga.
Demikianlah tiga
hubungan bela diri dengan agama Islam. Mungkin masih banyak hubungan lainnya,
tetapi kita belum tahu. Besok adalah Tahun Baru Hijriyah. Penerbit blog ini,
Khairan Noor, mengucapkan Selamat Tahun Baru 1434 Hijriyah. Semoga agama kita
menjadi lebih baik di tahun baru ini.
Bela diri tidak hanya
mengajarkan kuat fisik dan pandai bertarung, tapi juga sejumlah sikap mental.
Salah satu di antaranya adalah berani. Kita sudah membahas pengertian dan ruang
lingkupnya di artikel saya dahulu, tetapi kita belum membahas faktor-faktor
penyebabnya. Kali ini kita akan membahas secara rinci masalah ini.
Menurut pendapat saya,
ada 3 faktor penyebab manusia menjadi berani mengadakan kontak fisik.
Pertama, merasa punya
kelebihan dibanding lawannya. Misalnya merasa fisiknya lebih kuat. Merasa punya
senjata yang hebat. Merasa punya ajian seperti ajian kebal atau tenaga dalam.
Atau merasa punya kepandaian bela diri. Dan masih banyak kelebihan lainnya yang
menyebabkan manusia menjadi berani.
Kedua, menang jumlah.
Secara psikologis, manusia jadi berani kalau berjumlah banyak. Misalnya
lawannya cuma 1 orang, sedangkan ia dan teman-temannya 10 orang. Jumlah salah
satu hal atau faktor yang menyebabkan manusia jadi berani.
Ketiga, ia berani
karena mengira lawannya takut terhadapnya. Walaupun terdengar aneh, saya
melihat ini pernah terjadi.
Sekarang mari kita
dalami masalah ini. Berani yang disebabkan faktor ketiga adalah berani yang
bodoh, karena didasarkan pada anggapan yang belum tentu benar. Jika ternyata
lawannya tidak takut, otomatis keberaniannya lenyap dengan sendirinya.
Sedangkan berani yang
disebabkan faktor kedua adalah berani yang relatif atau tidak tetap. Jika ia
terpisah dari teman-temannya, maka keberaniannya juga akan lenyap.
Jadi praktisi bela
diri, berani karena faktor pertama-lah yang terbaik karena bersifat tetap dan
logis. Kita tidak takut bertarung dengan siapapun dalam situasi apapun, karena
kita mempunyai kelebihan berupa kepandaian bela diri. Kita terlatih baik untuk bertarung
di dalam berbagai situasi dan kondisi. Jadilah berani karena Anda adalah
seorang ahli bela diri.
Selain mengajarkan
kuat fisik dan pandai bertarung, bela diri juga mengajarkan sikap mental. Sikap
mental tersebut antara lain pengendalian diri, berani, disiplin, jantan,
satria, dan lain-lain. Saat ini kita membahas sikap mental disiplin terlebih
dahulu.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia
Online (www.kamusbahasaindonesia.org), disiplin berarti:
1) tata tertib (di
sekolah, kemiliteran, dsb)
2) ketaatan
(kepatuhan) kpd peraturan (tata tertib dsb)
3) bidang studi yg
memiliki objek, sistem, dan metode tertentu
Menurut pendapat saya,
pengertian disiplin di dalam bela diri mengacu kepada pengertian nomor 1 dan
nomor 2. Memang pada dasarnya bela diri itu adalah aturan untuk ditaati. Aturan
teknik bertarung seperti aturan cara memukul, menendang, menangkis, menghindar,
mengunci, membanting, dan lain-lain. Aturan tata krama seperti aturan bergaul
dengan guru, saudara seperguruan, dan orang lain. Aturan bersikap seperti tahu
kapan waktunya bertarung dan kapan bersabar. Aturan taktis seperti taktik
melawan musuh keroyokan, taktik melawan musuh bersenjata, taktik satu lawan
satu, dan lain-lain. Dan masih banyak aturan lainnya yang tak bisa disebutkan
satu per satu.
Namun dari semua
aturan atau disiplin di atas, yang paling penting adalah disiplin di dalam
latihan dan disiplin di dalam pertarungan.
Disiplin di dalam
latihan penting karena menentukan kualitas kemampuan bela diri seorang siswa.
Tidak hanya cabang olahraga bela diri, hal ini juga berlaku di semua cabang
bela diri. Atlet yang tidak disiplin berlatih kualitasnya jelas di bawah atlet
yang disiplin berlatih. Di dalam konteks bela diri, ini bisa berakibat fatal.
Dengan kemampuan bela diri yang kurang optimal, Anda lebih besar kemungkinannya
kalah di dalam pertarungan sebenarnya. Artinya Anda bisa cedera, terluka, atau
bahkan tewas.
Disiplin di dalam
pertarungan merupakan disiplin yang paling penting, karena menentukan hidup
mati. Ada dua disiplin di sini. Disiplin sebelum pertarungan dan disiplin saat
pertarungan. Saat belum bertarung, baru ada gejala-gejalanya, Anda mesti
waspada memperhatikan tangan lawan. Apakah memegang senjata atau tidak. Saat
bertarung, jangan memberi lawan kesempatan. Langsung gunakan teknik/jurus
andalan untuk melumpuhkannya. Untuk penjelasan lebih rinci, silakan baca
artikel saya dahulu: Rahasia Memenangkan Pertarungan Maut.
Demikianlah pengertian
disiplin di dalam bela diri menurut pendapat saya. Mudah-mudahan dapat dipahami
dan berguna bagi para pecinta bela diri.
Ø Penutup
Di bawah surga, kita
tahu bahwa yang baik itu baik dan yang jahat itu jahat karena adanya setan. Dan
si cantik dikatakan cantik karena ada yang jelek.
Demikian pula bela
diri. Bela diri sebenarnya adalah ilmu yang jahat di dalam ruang lingkup
kekerasan. Di mana yang dipikirkannya adalah cara-cara yang kejam, bagaimana
lawan secepat mungkin dilumpuhkan.
Namun dengan belajar
bela diri kita justru mendapatkan manfaat positif di dalamnya. Bela diri
mengajari kekuatan dan kelincahan fisik. Membentuk mental dan kepribadian kita
dengan mengajarkan percaya diri, pantang menyerah, pengendalian diri, berani,
disiplin, jantan, satria, dan masih banyak sikap mental lainnya.
Ibarat pisau, bela
diri tergantung pemakainya. Pisau bisa digunakan untuk kebaikan, bisa pula
untuk kejahatan.
Yang menarik, sejarah
mencatat bahwa seorang pendeta-lah yang mengembangkan seni bela diri. Bukan
seorang jenderal atau seorang satria. Tujuannya pun bukan untuk perang,
melainkan untuk keselamatan diri. Mengingat Jalur Sutera saat itu dipenuhi perampok
kejam, sedangkan pendeta Budha sering melintasinya untuk tujuan belajar agama.
Demikianlah kata-kata
penutup blog ini. Mudah-mudahan posting atau artikel yang sudah saya tulis
memberikan manfaat bagi para pembaca. Walaupun blog ini bisa diibaratkan
setitik air di dalam lautan ilmu bela diri yang luas. Saya, Khairan Noor,
penerbit blog ini mengucapkan terima kasih karena Anda telah membaca tulisan
saya. Selamat berlatih.